Membahas Bedhaya Gaya Yogyakarta
menurut sejarah bedhaya gaya Yogyakarta diawali dengan bedhaya Semang yang dimulai zaman Hamengkubuwana I setelah mendirikan Kraton Yogyakarta
bedhaya gaya yogyakarta memiliki urutan tari yang hampir sama, dimulai masuk pendapa atau panggung, apabila sri sultan sedang lenggah maka dimulai dengan melaku ndodok lalu nyembah. kemudian duduk sila. apabila sri sultan tidak hadir maka tidak melaku ndodok dan sila tetapi langsung kapang kapang
tari bedhaya memiliki beberapa posisi atau pola lantai yang menampilkan peristiwa tertentu
tarian diakhiri dengan kapang kapang masuk, dan bila ada sri sultan maka kapang kapang dihentikan di pinggir saka guru, kemudian nyembah dan meninggalkan pendapa dengan mlaku ndodok
busana tari Bedhaya gaya yogyakarta
1. paes ageng
menggunakan dodotan, kain cinde, sampur cinde, pending, buntal pandan, kelat bahu, kalung sung sang penanggalan, . namun selain memakai dodotan bisa juga diganti mekak ataupun rompi
wajah dan kepala dirias paes ageng, rambut dibokor mangkurep, dihias melati, kembang jebehan, kembang ceplok, sisir jeram, centhung, dan cunduk mentul, kemudian memakai subang dan sumping
2. jamang
pada rias ini bisa memakai mekak atau rompi,
rambut di gelung bokor mangkurep, memakai jamang, sumping, bulu bulu, kembang jebehan, kembang ceplok, sisir jeram, melati, cunduk mentul.
properti tari bedhaya gaya yogyakarta beragam, diantaranya keris, panah, jebeng, pistol, dan tombak
berikut beberapa judul tari bedhaya gaya yogyakarta
1. bedhaya semang
2. bedhaya sapta
3. bedhaya wiwaha sangaskara (bedhaya manten)
4. Bedhaya sumreg
5. bedhaya sabda aji
6. bedhaya kabor
7. bedhaya gandakusuma
8. bedhaya sinom
9. bedhaya sang amurwabumi
persyartan menari bedhaya
masih perawan atau suci
tidak dalam keadaan haid atau berhalangan
berjumlah 9 atau 7 orang
melaksanakan sesaji
pada zaman dahulu penari harus dipingit
selain itu dipilih dari abdi dalem bedhaya